Karir di lembaga keuangan syariah memang terbuka lebar, namun para sarjana sebaiknya mempersiapkan diri dengan senantiasa berkaca pada beberapa fase, sehingga tidak terjebak dalam persaingan kerja.

Perkembangan lembaga keuangan syariah telah meluas seperti perbankan, asuransi, pegadaian dan lembaga lainya. Hal ini berarti kebutuhan tenaga kerja berkualitas di lembaga keuangan syariah sangat besar. Sekalipun peluang karir di perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainya terbuka lebar, namun tak bisa dipungkiri persaingan untuk bisa bekerja di lembaga ini sangatlah ketat. Bahkan tak jarang, yang diterima di lembaga ini bukanlah sarjana lulusan ekonomi syariah. Hingga akhirnya para sarjana ekonomi syariah merasa dianak tirikan
Kepala Cabang Bank Muamalat Indonesia Medan, Iman Ni’matullah mengatakan salah satu bidang pekerjaan yang dapat menjadi pilihan untuk masa depan adalah perbankan syariah. Industri ini terus berkembang di Indonesia. Iman juga menegaskan jika akhirnya, banyak sarjana yang diterima di lembaga keuangan syariah bukanlah lulusan ekonomi syariah. Maka marilah introfeksi diri melihat kualitas.
Iman menuturkan banyak para aktivis studi ekonomi Islam mengeluh merasa dianaktirikan, dan berpikir mengapa para alumni sekuder itu yang bisa lolos ke industri keuangan syariah? Mereka juga mengeluh bank syariah tidak adil hanya menerima orang cantik dan ganteng saja. “Memprotes dan menyalahkan terus, masalahnya tidak akan selesai. Mengapa kalian tidak memperhatikan diri sendiri. Marilah introfeksi diri,” kata Iman, dalam diskusi Forum Riset Keuangan Syariah (FRKS) di IPB, Kamis (16/10).
Instrofeksi ini dalam rangkaian melihat kualitas atau kemampuan dalam menghadapi persaingan kerja di lembaga keuangan syariah. Hal ini terkait dengan fase Takhalli atau istighfar. Fase ini terkandung dalam surat Nuh ayat 10-12. Iman menegaskan istighfar adalah proses introfeksi diri dan self auditing.Perbaiki diri tanpa ada sikap menyalahkan pihak lain. Dalam ilmu Tasawwuf ini disebut Takhalli yang artinya membersihkan unsur negatif dalam diri. “Apa dosa yang telah diperbuat selama kuliah, maka perlu instrofeksi untuk mewujudkan masa depan,” kata Iman.
Terkadang, tegas Iman, para mahasiswa tidak memiliki bekal mampuni dalam menghadapi persaingan kerja dikarenakan prilaku-prilaku selama kuliah. Ia pun mencontohkan, semasa kuliah dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen masih suka mengkopi bahan dari internet tanpa dikoreksi. Patalnya lagi, mereka tidak pernah merubah salinan bahan tersebut dengan bahasa sendiri. Tanpa disadari mahasiswa tersebut sudah terjebak dengan kenyamanan tanpa berpikir apakah tugasnya mampu meningkatkan kualitas dirinya. Selain itu, mereka juga jauh dengan sumber ilmu karena asyiknya dengan gudget.
Adapun dosa aktivitas mahasiswa terangkai dalam tiga hal yaitu:
1. Dosa Akademis
- Mahasiswa terjebak pada Plagriarisme,
- Jauh dari sumber ilmu (buku dan dosen)
- Jadi mahasiswa kura-kura (kuliah rapat) dengan IPK dibawah 3.
2.Dosa Organisasi
- Terjebak pada kegiatan extravaganza jauh dari substansi idealisme dan visi awal organisasi.
- Kurang fokus pada proses kadernisasi, lebih berorentasi pada struktrulal organisasi
- Tidak mengoptimalkan organisasi untuk perluas jaringan
3. Dosa Individu
- Khianat pada amanat orangtua untuk segera lulus dan berprestasi
- Terjebak pada kemunafikan (aktivis tapi sering maksiat)
- Tidak mempersiapkan kapasitas diri untuk masuk dunia kerja
Jika mahasiswa menyadari akan beberapa hal yang dipaparkan diatas, hal ini berkaitan erat dengan fase istighfar. Sehingga dengan instrofeksi diri menjadi lebih baik, akan memberikan konstribusi dalam berkarir di lembaga ekonomi syariah. Setelah introfeksi diri dengan selalu instighfar, kemudian dikembangkan dengan fase Tahalli yang berarti pengisian nilai positif. Fase ini merangkai tiga hal yaitu :
- Karakter
- Belajar menjadi insan yang amanah, jujur, dan tidak khianat serta selalu antusias terhadap sesuatu yang positif.
- Kapasitas
- Penuhi diri dengan kapasitas terbaik. Kemampuan dasar ilmu ekonomi syariah, analisa keuangan, legal,selling skill, communication skill, dan oprasional lembaga keuangan.
- Kontribusi
- Optimalkan kontribusi kita kepada umat dan bangsa agar menjadi tabungan energi kebaikan masa depan.
Selanjutnya adalah Fase Tajalli yang artinya menjadi insan kamil atau siap bekerja. Dalam fase ini tergambar orang baik akan bertemu dengan orang baik. Ada hubungan erat dalam memperkuat koneksi atau networking yang dijalin dengan baik. “Insan kamil yang bermakna siap bekerja dapat diwujudkan dalam karakter, kapasitas dan konstribusi yang memperkuat koneksi dan jaringan (networking) dalam mempersiapkan diri bersaing kerja di lembaga keuangan syariah,” cetus Iman.

