Pada edisi terdahulu, MySharing sudah menulis tentang serba-serbi investasi reksa dana syariah, sebuah investasi di bidang keuangan syariah yang dianggap paling menguntungkan saat ini.

Setelah calon investor datang ke perusahaan manager investasi, dan mengisi formulir pembukaan rekening sebagai pemegang unit penyertaan dari reksa dana syariah, serta mentransfer dananya, maka yang bersangkutan kemudian sudah resmi menjadi pemegang unit penyertaan reksa dana syariah dengan jumlah investasi sekian unit.
Nah, setelah resmi menjadi investor reksa dana syariah, maka saran Gunawan, langkah selanjutnya bagi investor adalah, investor tinggal memantau kinerja reksa dana syariah pilihannya.
“Investor bisa melihat kinerja reksa dananya itu secara mudah, baik dari laporan keuangan berkala bulanan yang dikirimkan oleh manager investasinya, atau melihatnya dari data sehari-hari di koran harian, maupun di situs internet,” ujar Gunawan.
Menurut Gunawan, investor reksa dana syariah karakteristiknya memang lebih pasif ketimbang investasi di saham, karena dia mempercayakan investasinya pada manajer investasi. Namun investor bisa memantau perkembangannya, dan bisa mengambil langkah-langkah strategis.
“Misalnya, setelah beberapa bulan, reksa dana syariahnya sudah naik, contoh dari angka awal 1.000 lalu naik menjadi 1.100, maka disini investor sudah mempunyai capital gain. Namun jangan terburu-buru menjual unit penyertaannya. Lanjutkan terus saja, sampai mencapai nilai yang kita anggap cukup signifikan dalam mengambil keuntungan. Nah, misalnya reksa dana syariahnya nilainya sudah mencapai angka 1.300, atau capital gain-nya 30%, saran saya itu bisa dijual. 30% sudah sangat bagus. Setelah itu, kita bisa membeli lagi reksa dana syariah pada manager investasi yang lain, yang nilainya sedang turun (rendah),” papar Gunawan.
Menurut Gunawan, hal diatas adalah strategi apabila reksa dana syariah si investor dalam posisi yang favourable (meningkat). Namun kalau reksa dana syariah investor dalam posisi menurun, misalnya, dalam waktu tiga bulan nilai reksa dana syariahnya malah drop dari angka 1.000 ke angka 700, maka si investor biasanya akan disarankan oleh si manager investasi untuk melakukan average down.
“Kalau investor masih memiliki sebagian capital yang tidak digunakan untuk kebutuhan likuiditas, maka saran saya adalah melakukan average down. Jadi saat harga turun terus ke angka 700, maka saat itu investor dapat membeli lagi. Jadi kita melakukan average down dari harga perolehan reksa dana kita secara keseluruhan. Misalnya, dahulu investor membeli seribu unit dengan nilai 1.000, maka dalam keadaan turun, dia bisa membeli lagi seribu unit dengan nilai 700. Sehingga, investor mempunyai dua ribu unit, tapi dengan harga perolehan rata-rata adalah 850. Nah, pada suatu saat, dimana harga ini kembali menaik, kemudian mencapai titik di atas angka 850 (angka rata-rata), maka si investor sudah bisa meraup untung,” papar Gunawan lagi panjang lebar.
Intinya, jelas Gunawan, investor jangan tergesa-gesa untuk menjual reksa dana syariahnya pada saat kondisi harga itu sedang turun. Karena kalau si investor memang punya lebih banyak capital, maka dia sebaiknya melakukan tambahan investasi diatas, sehingga bisa meraih laba, dan sama sekali tidak mengalami kerugian.
Lebih lanjut menurut Gunawan, kondisi bursa yang sedang menurun saat sentimen inflasi dan indikasi ekonomi negatif lainnya, adalah merupakan waktu yang tepat untuk membeli reksa dana syariah.
“Dengan kondisi net aktiva bersih (NAB) rata-rata reksa dana syariah yang sedang menurun. Sementara hukum alam mengatakan, bahwa sesuatu yang turun, nanti suatu saat pasti akan kembali naik. Dengan kata lain, investor berpeluang meraih hasil investasi yang signifikan pada beberapa waktu mendatang,” demikian saran Gunawan Yasni.

