Proyek-proyek infrastruktur di kawasan Asia Tenggara diperkirakan memerlukan dana investasi hingga 7 triliun dolar AS.

Ia mengemukakan rasio pasar surat berharga di Indonesia hanya sekitar 15 persen dari produk domestik bruto. “Sementara rasio pasar surat berharga di Malaysia sekira 100 persen, 70 persen di Singapura, 100 persen di Korea Selatan dan lebih dari 200 persen di Jepang,” kata Chong, dilansir dari deal street asia, Selasa (13/10). Baca: Perkuat Pasar Keuangan dengan Financial Deepening
Padahal, menurutnya, banyak likuiditas di pasar sukuk global, bahkan di Indonesia. “Oleh karena itu, kita membutuhkan pasar surat utang yang dalam di Indonesia. Perusahaan Indonesia bisa menerbitkan sukuk berdenominasi rupiah atau mata uang lainnya,” ujar Chong.
Chong menambahkan distribusi sukuk pun bisa ditawarkan kepada manajer investasi syariah. “Sukuk adalah sebuah bentuk fantastis sebagai sumber pendanaan karena manajer investasi konvensional dan syariah bisa membeli sukuk,” jelas dia. Baca: Apa Bedanya Sukuk Negara dengan Surat Utang Negara?
Maybank merupakan salah satu dari lima arranger sukuk teratas di dunia. Sebelumnya, bank yang berbasis di Malaysia tersebut turut membantu penerbitan sukuk Garuda Indonesia senilai 500 juta dolar AS pada tahun ini. “Jika ada kesempatan kami juga ingin membantu pemerintah dalam menerbitkan sukuk,” tukas Chong.
Selain aktif di pasar surat berharga, Maybank juga telah turut terlibat dalam sejumlah proyek infrastruktur di Filipina, Kamboja, dan Malaysia, terutama di sektor pembangkit listrik hidro, dimana grup perbankan tersebut juga telah menginvestasikan dana sebesar 750 juta dolar AS di Indonesia sejak 2012. Maybank Kim Eng merupakan salah satu bank investasi terbesar di kawasan ASEAN dengan jaringan lebih dari 80 kantor cabang yang berada di 11 negara.

