Pilpres 2014 yang merupakan puncak perayaan demokrasi di Indonesia, baru saja diselenggarakan pada 9 Juli 2014 lalu dan dikuti dengan sangat antusias oleh segenap rakyat Indonesia di seluruh penjuru tanah air. Masyarakat Indonesia menyuarakan hak pilih mereka guna menentukan presiden dan wakil presiden baru Indonesia untuk masa 5 tahun mendatang.
Dalam rangka mengetahui tantangan dan peluang investasi pasca Pilpres 2014, Citibank Indonesia mengambil inisiatif menggelar seminar Citibank Mid Year Market Outlook Post Presidential Election 2014 di Jakarta (15/7/14). Dalam acara ini hadir para pembicara yang bergerak di bidang ekonomi maupun politik. Seminar ini memang dirancang panitia guna memberikan gambaran dan pandangan terkait peluang dan tantangan investasi pasca Pilpres 2014, agar nasabah Citibank dapat memetakan strategi investasi mereka secara akurat dalam situasi politik dan ekonomi yang masih dinamis.
Head of Wealth Management Citibank – Ivan jaya menjelaskan, bahwa kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan rutin Citibank Indonesia guna memperkuat pilar layanan Wealth Advisory yang bertujuan untuk membantu para nasabah, khususnya nasabah Citigold, membentuk perencanaan financial secarakomprehensif. “Citibank Indonesia memiliki komitmen tinggi untuk memberikan layanan keuangan terbaik, termasuk melalui penyelenggaraan berbagai kegiatan regular untuk menyampaikan informasi yang kemudian dapat digunakan oleh para nasabah untuk memetakan rencana keuangan dan financial, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” papar Ivan Jaya.
Dalam kegiatan seminarnya sendiri, Ekonom Citibank Indonesia – Helmi Arman pada momen ini menyampaikan potensi Indonesia yang akan dikelola oleh pemerintahan Presiden baru terpilih untuk masa jabatan 2014-2019, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur yang akan menunjukkan bangkitnya investasi dan perekonomian negara.
- CIMB Niaga Gelar Kejar Mimpi Talks di Ambon, Dorong Talenta Muda Musik dari Kamar Latihan ke Panggung Impian
- Pinhome bersama Bank Muamalat Mengupas Data Terbaru Pasar Properti
- CIMB Niaga Syariah Permudah Nasabah Wujudkan Niat Berhaji melalui OCTO Mobile
- PosIND dan Bank Muamalat Luncurkan Layanan Tabungan Haji di Kantor Pos
“Visi ekonomi jangka panjang untuk 15-20 tahun ke depan menjadi hal yang wajib dimiliki oleh pemerintahan baru. Dengan pertumbuhan global yang melambat, reformasi struktural dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomian di atas 5%. Diperlukan penguatan sektor-sektor berorientasi ekspor sebagai sumber devisa.Sektor transportasi umum juga harus dibangun untuk mengurangi intensitas penggunaan dan impor bahan bakar minyak,” papar Helmi.
Dengan sorotan dan perhatian masyarakat internasional, Pilpres 2014 juga bisa memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengukuhkan posisinya di mata dunia yang telah dibangun oleh pemerintah saat ini, sekaligus memastikan keberlangsungan dukungan dari pihak luar untuk tetap terjalin dengan pemerintahan yang baru.
Head of Sales and Marketing PT First State Investments Indonesia – Harsya Prasetyo turut menyampaikan optimismenya terhadap kemampuan Presiden terpilih untuk melanjutkan perbaikan kondisi makro ekonomi Indonesia.
“Harapan kami para investor yang tadinya wait and see akan mulai berinvestasi kembali, kami optimis dana kelolaan kami dapat tumbuh 51% di akhir 2014. Salah satu reksadana yang diluncurkan awal tahun ini di Citibank yaitu First State IndoEquity Opportunities Fund USD telah mencapai 80% dari target dana kelolaan dalam kurun waktu 3 bulan,” papar Hasya optimistis.
Sementara itu, khusus berbicara mengenai pasar saham menjelang hasil resmi pemilihan Presiden, Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners – Vivian Secakusuma menilai, valuasi pasar saham masih berada dalam level yang wajar dan masih jauh di bawah level pada 2008. Secara regional, return on equity dari emiten Indonesia pun masih merupakan yang tertinggi.
“Terlihat bahwa ruang untuk terjadinya earnings upgrade masih besar, sementara hasil Pilpres 2014 dan perbaikan kondisi makro dapat menjadi katalis positif. Dalam kondisi seperti ini, produk investasi dengan tema infrastruktur yang memiliki strategi bottom up dapat memberikan potensi kenaikan nilai investasi dari pertumbuhan pendapatan kelas menengah dan meningkatnya belanja infrastruktur,” demikian papar Vivian.