Merek ini harus bisa mengakomodir semua kebutuhan produk halal konsumen Muslim.
CEO dan Managing Director Dinar Standar, Rafiuddin Shikoh mengatakan, bahwa pertumbuhan industri halal yang pesat ternyata tidak hanya berhubungan dengan produsen dan pasar Muslim. Data di pasar halal menunjukkan produk dan brand halal terbanyak yang beredar di dunia justru berasal dari negara non Muslim.
Contonya, kata dia, adalah Nestle dari Swiss. Nestle ini merupakan perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia. Dengan lebih dari 2.000 merek, mulai dari ikon global hingga produk lokal favorit. “Di 191 negara di seluruh dunia, Nestle memenuhi pasar halal dunia, termasuk Indonesia dengan beragam makanan dan minuman,” kata Rafiuddin pada INHALEC 2017 di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (19/10) lalu.
Dirinya mengatakan, peluang pasar international yang terbuka lebar untuk produk halal hendaknya juga dapat dimanfaatkan oleh produsen dari negara Muslim.
“Dunia Islam juga harus memiliki miliki merek global. Merek ini juga harus bisa mengakomodir semua kebutuhan produk halal konsumen Muslim,” ujar pakar pemasaran ini.
Ditegaskan dia, bahwa tidak hanya melulu soal pemasaran produk halal, tetapi industri halal juga harus mampu menjadi jalan keluar bagi umat Islam yang masih hidup dalam kemiskinan di berbagai belahan dunia. Tentu kepedulian berbagi dari hasil pemasaran produk halal tersebut harus juga memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat di seluruh dunia.

