Angkat isu Islamophobia, Layyina Tamani, siswa Indonesia di Colchester, Inggris memenangkan lomba jurnalistik muda Tutor Doctor Colchester North.

Walau dibesarkan di kalangan keluarga yang lebih banyak berkecimpung di bidang akademisi dan bisnis, ternyata Layyina berhasil mendapatkan motivasi dan insipirasi dalam dunia jurnalisme karena sentuhan pendidikan religi yang diterimanya dan lingkungan yang membuat dia kritis terhadap apa yang dilihatnya.
Dari berita yang diterima MySharing, via email dari Dr. Murniati Mukhlisin, pada Jumat, (11/12) Layyina Tamanni mendapatkan First Prize dari Tutor Doctor Colchester North yang bertempatkan di kantor berita Gazette, Colchester, Inggris. Acara pemberian hadiah acara tahunan ini dibuka oleh Member of Parliament untuk Kota Colchester, WIll Quince. Layyina nampak sangat bahagia saat menerima hadiah berupa Amazon Fire DH8 untuknya dan Amazon Voucher untuk sekolahnya, Gilberd School. Dia berhasil mengalahkan teman-temannya dari berbagai sekolah di Colchester.
Layyina menyampaikan dengan berbahasa Inggris bahwa tulisan yang dimasukkan ke dalam perlombaan jurnalisme muda ini didorong dengan berita di media tentang buruknya citra Islam baru – baru ini. Selaku Muslimah, dia ingin menyuarakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme. Artikel yang ditulis Layyina akan dipublikasikan di Koran Gazette dan di media online lainnya.
Kejadian di London mengenai penghinaan wanita Muslimah di dalam bis karena tersangka anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sangat keterlaluan karena generalisasi bahwa Muslim itu jahat, kata Layyina anak sulung dari tiga bersaudara ini. Baca juga: Islamophobia: Muslimah Inggris Disiram Alkohol
Walaupun di sekolahnya sekarang dia tidak belajar Islam, namun orangtuanya dan pengajian komunitas Indonesia di tempat Layyina tinggal sering memberikan pencerahan bahwa Islam mengajarkan kebaikan, kedamaian, kerukunan. “My mommy and daddy always advise us to behave nicely to our non-Muslim friends, neighbors and show that we can excel” lanjut Layyina.
Layyina yang ketika di Indonesia bersekolah di SIT Fajar Hidayah ini menunjukan bukti sebuah survei dalam artikelnya bahwa sejak serangan 9/11, Gallup Poll menunjukan ternyata hanya 7% Muslim itu digolongkan radikal sedangkan 93% lainnya adalah Muslim yang cinta damai. Poin ini menjadi salah satu poin terbesar dalam penilaian lomba jurnalisme yang diikutinya kali ini.
Layyina juga sudah menyelesaikan draft buku dalam bahasa Inggris tentang cerita fiksi mengenai Global Warming, suatu hal yang sangat memprihatinkan katanya. Namun dia belum mau mencetak bukunya karena dia masih ingin memperbaiki bahasanya. “InshaaAllah next year” jawabnya sambil tersenyum – senyum ketika ditanya kapan bukunya terbit.
Ibunya adalah seorang dosen akuntansi Islam sedangkan ayahnya adalah mahasiswa S3 di Glasgow. “Layyina memang suka membaca dan berdiskusi tentang masalah seputar ke-Islaman, yang dijadikannya bahan untuk menulis” tutur ibunya, Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc.
“Kami tidak mengajarkan anak – anak supaya ambisius untuk berkompetisi tetapi kami mengarahkan supaya selalu bisa berbuat yang terbaik. Untuk itu kami selalu menceritakan kegemilangan dan keindahan Islam, kepandaian Rasululullah SAW dan para sahabatnya juga ulama – ulama setelahnya, yang kami harapkan menjadi motivasi bagi anak – anak kami” tambah ayahnya, Luqyan Tamanni, M.Ec. Baca juga: Melatih Anak-Anak Puasa 19 Jam di UK
Kedua orangtua Layyina juga aktif di bidang perencanaan keuangan keluarga syariah di Inggris dan di beberapa negara, juga aktif menulis artikel mingguan di beberapa media dengan nama Sakinah Finance.

