‘Wisata Syariah Belum Menemukan Jati Diri’

Wisata syariah Indonesia mulai menggeliat akhir-akhir ini dengan dukungan pemerintah melalui Kementerian Pariwisata. Namun, wisata syariah Indonesia dinilai belum menemukan jati dirinya.

wisata syariah
Tarian Budaya Syariah khas NTB. Foto: Istimewa

Perwakilan Ogilvy Noor, Rizanto Binol, mengatakan wisata syariah Indonesia belum menemukan jati diri bukan terhadap apa yang mau dijual tapi apa yang mau didapat. “Dalam artian target audiencenya, kita mau incar wisatawan mancanegara atau wisatawan nusantara?” tanya Rizanto, dalam Focus Group Discussion Halal Tourism and Halal Lifestyle.

Ia memaparkan Singapura bisa menjadi the friendliness moslem destination karena melakukan kampanye terintegrasi di semua lini pemasaran, tidak hanya di sektor ekonomi dan pariwisata. Yang paling jelas populasi muslim di Singapura sedikit, tetapi pengunjung yang paling banyak adalah orang muslim baik dari Indonesia, Malaysia, atau Thailand. “Mereka membangun integrasi dalam pola branding tanpa mengkhususkan pada muslim tourism, tetapi menguniversalkan wisatanya dengan memberikan informasi kalau mau solat dimana, makan halal dimana,” ujar Rizanto.

Sementara, lanjutnya, target audience wisata syariah Indonesia belum terlalu jelas dan kuat. Rizanto menilai jika melihat kebijakan wisata pemerintah Indonesia sekarang targetnya lebih menyasar wisatawan asal Cina, sementara jika mengemas wisata dengan wisata syariah maka belum tentu wisatawan Cina mau karena mayoritas penduduknya adalah non muslim. “Tapi kalau khusus di Indonesia wisata syariahnya dikemas dengan wisata nasional, dikemas dengan kreativitas dan dipromosikan ini mungkin yang bisa dijual lebih kuat,” ungkap Rizanto. Baca: Wisata Syariah Diusulkan Jadi Wisata Universal

Rizanto pun mengusulkan agar branding Wonderful Indonesia tetap digunakan untuk mempromosikan wisata syariah Indonesia. Namun, untuk yang merujuk pada wisata syariah menggunakan tambahan moslem friendly destination atau moslem friendly tourism di bawah branding Wonderful Indonesia. “Islamic tourism atau moslem friendly tourism bisa masuk ke Wonderful Indonesia. Sebaiknya Wonderful Indonesia tetap menjadi usungan Indonesia, jadi kalau daerah mau membuat hal lainnya maka itu bisa menjadi subbrand dari Wonderful Indonesia,” pungkas Rizanto. Baca: Dorong Wisata Syariah, Indonesia Harus Punya Target Besar

Berdasar data Thomson Reuters, di sektor perjalanan, umat muslim dunia menghabiskan sekitar 137 miliar dolar untuk berwisata di tahun 2012 atau sekitar 12,5 persen dari pengeluaran global. Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat menjadi 181 miliar dolar di tahun 2018 (di luar perjalanan haji dan umrah). Sedangkan, di sektor media dan rekreasi, muslim dunia menghabiskan sekitar 151 miliar dolar pada tahun 2012 dan diperkirakan mencapai 205 miliar dolar pada 2018 atau sekitar 4,8 persen dari pengeluaran global.