Melalui tarhib Ramadhan, Dompet Dhuafa mengajak masyarakat untuk turut memutus lingkaran kemiskinan dengan membayar zakat melalui amil zakat lembaga.
Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi Imam Rulyawan menjelaskan Dompet Dhuafa terus mengampanyekan zakat jelang Ramadhan 1438 Hijriah. Ini dikarenakan pada 2013 hanya enam persen muzakki yang berzakat ke lembaga resmi.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, akan lebih bagus bila berzakat melalui lembaga. Karena dayanya lebih besar karena amil zakat lembaga menajalankan konsep pemberdayaan,” kata Imam usai pawai Tarhib Ramadhan Dompet Dhuafa Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (21/5).
Menurut Imam, lingkaran kemiskinan ada lima ‘setan’, yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, agama, dan budaya. Mereka yang miskin biasanya bermasalah pula pada kesehatan, pendidikan, budaya, dan terancam akidahnya.
“Maka lima ‘setan’ itu harus diputus. Kami ingin menumpas ‘setan’ di lima titik itu. Serangan ini kami simbolkan seperti kunci yang 360 derajat membuka dan membebaskan mustahik dari kemiskinan menuju keberdayaan,” ungkap Imam.
Dompet Dhuafa mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama bahagia menyambut Ramadhan, menggaungkan Zakat 360, dan satu hari satu kebaikan. “Satu hari satu kebaikan dibarengi Zakatnesia, semoga Allah SWT memberkahi Indonesia,” ujarnya.
Dompet Dhuafa, kata Imam, mengharapkan banyak pihak bisa terlibat untuk menuntaskan zakat melalui lembaga. Dompet Dhuafa juga mengingatkan zakat tidak hanya zakat fitrah tapi ada juga zakat perniagaan, harta, profesi, dan pertanian yang bisa dibayar tiap bulan atau sekaligus setiap tahun.
Karena berzakat melalui lembaga amil zakat resmi, muzakki bisa mendapat fasilitas pengurang penghasilan kena pajak. Untuk mendapat fasilitas itu, tanda terima zakat dari lembaga amil zakat resmi bisa muzakki lampirkan saat pembayaran pajak.
Untuk menjaga kepercayaan, penyaluran zakat via lembaga dilakukan by name by adress mustahik sehingga zakat tepat guna dan tepat sasaran. LAZ resmi juga tidak hanya menyalurkan, tapi juga melaporkan pengeloaan zakat ke publik dengan audit dari kantor akuntan publik sehingga transparan dan akuntabel. “Audit Dompet Dhuafa pada 2015 mendapat predikat kategori wajar tanpa pengecualian (WTP). Laporan 2016 sendiri sedang diaudit,” ujar Imam.
Dari laporan Zakat Outlook 2017 yang dirilis Pusat Kajian Strategis BAZNAS, tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) zakat Indonesia pada 2002-2015 sebesar 39,28 persen. Penghimpunan zakat pada 2013 sebesar Rp 2,7 triliun, pada 2014 sebesar Rp 3,3 triliun, dan pada 2015 Rp 3,7 triliun.
Melalui gelola Zakatnesia, Dompet Dhuafa mengkampanyekan #Zakat360 sebagai upaya bersama untuk memutus lingkaran kemiskinan di Indonesia. Zakat merupakan kunci pembuka bagi mustahik untuk bebas dari kunci kemiskinan menuju sejahtera.
“Zakatnesia dapat diartikan sebagai gaya hidup berzakat yang menyatu dalam budaya Indonesia, dimana zakat menjadi kebiasaan wajib ditunaikan umat Islam dan mengubah kondisi kemiskinan menjadi keberdayaan,” pungkas Imam.

