Dari panduan wisata hingga ke portal belanja, bisnis online syariah berskala global mulai bertumbuhan menyambut peluang pasar 1,6 Miliar Muslim dunia.

Adakah produsen halal besar di dunia? Sebagian besar dari 1,6 miliar Muslim di dunia tidak memiliki pilihan selain mengonsumsi barang dan jasa dari produsen konvensional.
Kesadaran akan produk halal terus tumbuh, sebagai tren di beberapa wilayah mayoritas Muslim seperti di negara Teluk dan Asia Tenggara.
Anda adalah apa yang Anda beli
Dalam beberapa hal, tren ini menyerupai gelombang konsumsi barang mewah di negara berkembang. Sebagai orang kaya baru, para konsumen ini berusaha mendapatkan identitas mereka melalui apa yang mereka beli. Anda adalah apa yang Anda beli.
Sebagai contoh, konsumen Muslim ingin mengingat di hotel syariah yang melarang alkohol, menolak tamu bukan muhrim, dan tidak menyediakan diskotik atau pusat hiburan malam yang cenderung membawa kemaksiatan. Baca juga: Apa Saja Kriteria Hotel Syariah?
Pasar Muslim tersebar di seluruh dunia, sehingga beberapa perusahaan mencoba untuk menggapainya dengan memperluas jejaringnya melalui bisnis online syariah. Salah satu bisnis online syariah pelopor adalah Crescentrating yang berbasis di Singapura. Perusahaan ini berfokus pada pasar wisata halal.
Dari Reuters, kepala eksekutif Crescenrating, Fazal Bahardeen mengatakan, “Ini merupakan industri yang sangat terfragmentasi, transaksi sebagian besar offline, tanpa pemain utama yang nyata. Hal ini sebenarnya bisa dilihat sebagai peluang menarik bagi pengusaha bisnis online syariah”.
Bisnis pariwisata membuka salah satu peluang. Konsumen Muslim menghabiskan belanja sekitar USD 140 Miliar untuk travel dan wisata pada 2013, menurut DinarStandard, perusahaan riset pasar Muslim yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS),.
Meskipun angka pastinya masih dalam perdebatan, besaran pasar Muslim ini tetap menarik secara bisnis. Jika Anda mendapat 1% saja dari USD 140 Miliar itu, bukan jumlah yang kecil bagi sebuah perusahaan.
Halal Trip
Peluang inilah yang diambil oleh Crescentrating dengan mengembangkan indeks “Muslim-Friendly” pada industri travel, bekerjasama dengan Mastercard untuk memudahkan transaksinya. Sebuah aplikasi mobile pun diluncurkan, HalalTrip.com untuk memudahkan konsumen Muslim menemukan destinasi perjalanan atau wisatanya. Kriteria “Muslim-Friendly” termasuk akses ke makanan halal dan tempat-tempat ibadah, termasuk pilihan miniman non alkohol di minibar dalam kamar hotel. Baca juga: Halal Trip Tambah Konten Baru Tahun Depan
“Bulan ini, Mastercard akan menggelar platform manfaat halal pertama, yang memungkinkan pelanggan untuk menukarkan poin untuk mendapatkan produk halal”, kata Safdar Khan, Group Head of Islamic Payments for Southeast Asia, Mastercard.
“Sebelumnya pada Juni lalu, MasterCard meluncurkan kartu debit syariah dengan Lembaga Tabung Haji, Malaysia. Pada saat bersamaan meluncurkan kartu kredit syariah bersama Maybank Islamic Malaysia”, kata Safdar Khan menambahkan.
Kartu kredit syariah dari Maybank tidak menggunakan bunga, yang dilarang dalam Islam. Kartu ini beroperasi berdasarkan skema ujrah, atau komisi atas layanan. Alih-alih mengenakan bunga layaknya kartu kredit konvensional, tagihan yang belum dilunasi saat jatuh tempo pada kartu kredit syariah ini akan dikenakan biaya tambahan berupa ujrah. Tentu saja atas kesepakatan dengan nasabah di awal. Baca juga: Bolehkah Kartu Kredit Syariah?
Peer to Peer Marketplace
Zilzar dari Malaysia, diluncurkan Oktober lalu, adalah contoh bisnis online syariah yang secara serius berupaya menggapai pasar Muslim dengan bentuk peer to peer marketplace. Zilzar berperan sebagai pasar online untuk produk halal seperti makanan dan minuman, pakaian, elektronik, obat-obatan, hingga game dan film. Baca juga: Platform Industri Halal Zilzar, Saingan Baru Amazon
“Ada faktor konvergensi di negara-negara mayoritas Muslim, meningkatnya pendapatan per kapita, penetrasi internet, pertumbuhan transaksi mobile, dan sebagainya,” kata kepala eksekutif Zilzar, Rushdi Siddiqui. Rushdi adalah mantan Head of Islamic Finance di Thomson Reuters.
“Perkembangan ini memberikan atribut yang sama dengan yang terjadi di China, yang membuat Alibaba berhasil,” kata Siddiqui mengacu kepada bisnis online besar China, Alibaba. Memulai bisnis online syariahnya, Zilzar merencanakan menggapai pasar Muslim di 16 negara termasuk Turki dan Uni Emirat Arab.
“Salah satu kendala dalam ekonomi halal adalah minimnya konsensus mengenai apa yang halal apa yang tidak di antara tiap negara. Dan, biaya mempekerjakan ahli untuk mengesahkan kehalalan sebuah produk. Tapi, dengan munculnya penghubung perdagangan produk halal dan saling pengakuan atas standar halal, dapat mengurangi ambiguitas ini”, kata Rushdi Siddiqui menambahkan. Baca juga: OKI Sepakati Standar Minimum Wisata Syariah
Pada Oktober, Dubai dan Malaysia sepakat untuk mengembangkan jaringan global produk halal dua negara. Hal ini diambil untuk menyederhanakan proses perdagangan produk halal yang seringkali menjadi rumit karena perbedaan standar antarnegara. Pakistan juga sedang membentuk halal sendiri, dalam upaya untuk meningkatkan ekspornya ke negara-negara Muslim.
Urun Dana Syariah
Meski potensinya sepintas menggiurkan, banyak perusahaan di industri halal kesulitan mendapat akses dana syariah ketika ingin memasuki pasar global. Sebuah studi dari International Finance Corporation (IFC) Bank Dunia menemukan lebih dari sepertiga dari usaha kecil dan menengah (UKM) di sembilan negara mayoritas Muslim kesulitan mengakses pembiayaan syariah dari perbankan.
Sebuah solusi ditawarkan melalui dunia bisnis online syariah. Beehive, portal urun dana (crowdfunding) asal Dubai diluncurkan pada November bertujuan mengembangkan struktur pendanaan syariah. Dubai Beehive baru akan dirilis resmi pada 2015.
Memang Fokus awal Beehive baru di Uni Emirat Arab, dan akan memperluasnya ke pasar Teluk lainnya tahun depan. Bisnis online syariah ini didukung oleh Rick Pudner, mantan kepala eksekutif kelompok Emirates NBD, bank terbesar di Dubai.

