Ilustrasi: MySharing

Harga BBM Dongkrak Inflasi Hingga 7,5%

[sc name="adsensepostbottom"]

Kajian Bank Dunia melaporkan, inflasi 2015 diperkirakan 7,5% dan proyeksi pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 5,2%. Pendapatan ekspor terus menurun, ekonomi global melesu. Siapkah Anda?

Ilustrasi: MySharing
Ilustrasi: MySharing

Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberi dampak kepada inflasi, namun dampak tersebut bersifat sementara. Inflasi diperkirakan akan mencapai 7,5 persen pada tahun 2015, dan menurun pesat sebelum akhir 2015, jika tidak ada gejolak lain. Pada kuartal ketiga (Q3) 2014, inflasi langsung mencapai 4,8% pada Oktober 2014 (yoy), Pada November, inflasi meningkat hingga 6,2% (yoy).

Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi 2014 menurun menjadi 5,1% dari proyeksi sebelumnya, 5,2%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 pun diperkirakan hanya akan mencapai 5,2% dari perkiraan sebelumnya yang 5,6%. Demikian terungkap pada laporan Indonesia Economic Quarterly, edisi Desember 2014, yang dikeluarkan Bank Dunia, berjudul Membawa Perubahan.

Imbas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi global ini, harga komoditas ekspor utama Indonesia pun menurunkecuali liquefied natural gas (LNG). Pada November 2014, harga karet dunia turun hingga 75% tertinggi, batubara 53%, crude palm oil (CPO) 44%, dan timah 32%. Memang, harga minyak mentah dunia menurun padap eriode 1/7 hingga 2/12, dengan turunnya Brent crude hingga 33%, namun harga komoditas global juga turun. Sebagai pengimpor minyak dunia, Indonesia memang diuntungkan dengan penurunan harga minyak mentah ini, namun penurunan harga komoditas berpengaruh pada pendapatan ekspor.

“Kontribusi ekspor bersih kepada PDB memang masih positif pada kuartal ketiga (Q3) 2014, namun sekali lagi, ini karena didorong oleh penuruan impor. Ekspor barang dan jasa menurun 0,7% (yoy)”, kata Laporan tersebut.

Kenaikan harga BBM diekspektasi akan berimbas negatif namun terbatas pada jangka pendek kepada konsumsi individu dan PDB. Meskipun, rencana pemerintahan Jokowi-JK untuk mengurangi imbas kenaikan harga-harga dengan aneka program sosial berpotensi mendongkrak lagi konsumsi individu. Bank Dunia menilai, hal ini tergantung bagaimana desain dan implementasi aneka program sosial tersebut. Baca juga: Setuju Kenaikan BBM, Asal Subsidinya Menyentuh Rakyat Kecil

Di jangka menengah, aktivitas ekonomi masih akan dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, harga komoditas yang terus melemah, dan naiknya biaya pembiayaan luar negeri. Selain faktor eksternal, Bank Dunia lagi-lagi menilai, pertumbuhan jangka menengah ini akan juga dipengaruhi oleh bagaimana pemerintahan baru menjalankan reformasi struktural, dan investasi infrastruktur kunci. Memotong subsidi harga BBM, membantu pemerintah memiliki dana lebih untuk investasi itu. Jadi, memotong subsidi harga BBM, jika dilakukan dengan tepat, adalah langkah awal yang penting.

Pemerintah dapat menghemat fiskal lebih dari Rp100 Triliun dari penyesuaian harga BBM kemarin. Hal ini kini memberikan ruang kepada Pemerintah untuk menambah belanja publik bagi sektor-sektor yang prioritas, seperti pelayanan kesehatan. “Pembelanjaan yang lebih baik, termasuk untuk pelayanan kesehatan dan program-program perlindungan sosial, dapat mempercepat upaya pengentasan kemiskinan yang telah melambat beberapa tahun terakhir. Tanpa dukungan tambahan ini terhadap upaya pengentasan kemiskinan, tingkat kemiskinan di Indonesia – yang kini 11,3 persen – akan tetap berada di atas 8 persen pada 2018 sekalipun,” kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia dalam siaran pers Bank Dunia (8/12).