Industri keuangan syariah Indonesia yang telah berkembang sejak era 1990-an kini semakin dikenal di tanah air. Berbagai lembaga keuangan non ribawi bermunculan dan mengeluarkan produk yang cukup beragam. Instrumen investasi keuangan syariah pun menjadi salah satu produk yang dicari-cari oleh para investor. Tak hanya terbatas pada produk perbankan, tetapi juga merambah ke instrumen investasi di pasar modal.
Geliat instrumen investasi berbasis saham syariah terus terlihat sejak Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan pada 2000. Namun investasi saham dikenal sebagai instrumen yang cukup berisiko tinggi, karenanya diperlukan pengetahuan memadai dan perencanaan keuangan yang sesuai untuk masuk dalam investasi saham.
Independent financial planner QM Financial, Mohamad B Teguh, menuturkan saat seseorang memutuskan untuk berinvestasi di saham syariah, investor harus memastikan bahwa saham tersebut masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES), harus mematuhi peraturan umum Bursa Efek Indonesia (BEI), serta tidak boleh melakukan margin trading maupun short selling.
Teguh mengatakan dalam memilih saham terdapat dua metode dasar, yaitu teknikal dan fundamental. Ia menjelaskan metode teknikal lebih tepat dilakukan investor yang menyukai trading karena lebih mengandalkan pada data-data pasar. Sementara untuk investor yang berminat investasi jangka panjang di saham, Teguh menyarankan menggunakan metode fundamental yang analisisnya dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan. “Jadi bisa dilihat apa harga saham murah atau mahal dibanding nilai perusahaan, dilihat dari price earning ratio-nya juga. Saya sarankan untuk investasi di saham memakai metode fundamental, walau memang tidak mudah karena harus analisis perusahaannya,” ujar Teguh.
Ia pun menuturkan risiko investasi di pasar saham selalu tinggi. Secara historikal pada 2008 saham tu

run 70 persen, tapi beberapa bulan kemudian meningkat lagi. Karena itu, lanjut dia, investasi di saham akan lebih baik dilakukan dalam jangka panjang. Investasi di saham memang memerlukan analisa dan kecermatan dalam membaca pergerakan saham. Teguh pun menuturkan saat tepat untuk masuk ke pasar saham adalah ketika investor memang memiliki uang. Sebaiknya dana juga ditempatkan tersebar dan perdagangan dilakukan selama beberapa waktu tertentu.
Untuk mengetahui likuid tidaknya saham dapat dilihat seberapa banyak transaksi suatu saham di pasar dan apakah saham termasuk dalam LQ45. Teguh mengutarakan sejatinya tidak ada individu yang benar-benar jago di saham karena trading di pasar saham sangat fluktuatif dan harus selalu up date.
Sementara diitilik dari sektornya, Teguh menuturkan setiap saham perusahaan memiliki siklus masing-masing. Namun saham perusahaan yang saat ini kinerjanya cukup bagus adalah saham-saham perusahaan pertambangan, infrastruktur dan turunannya seperti jalan tol, semen, hingga baja. Sementara saham perusahaan consumer goods, menurutnya, memiliki kinerja yang cukup stabil dan sesuai untuk investasi jangka panjang.

