Yuk Investasi di Pasar Modal Syariah

Ayo Berinvestasi di Saham Syariah!

[sc name="adsensepostbottom"]

Yuk Investasi di Pasar Modal Syariah

Di antara investasi-investasi berbasis syariah, saham syariah tergolong masih asing di masyarakat. Sehingga masyarakat kita masih banyak yang enggan menoleh pada instrumen investasi model ini. Padahal, konon potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari investasi saham syariah ini bisa paling bagus dbanding instrumen investasi syariah yang lainnya. Benarkah demikian?

Bagi mereka yang familiar dengan instrumen-instrumen investasi, tentunya mereka tahu persis, bahwa bermain di pasar saham akan bisa memberikan keuntungan yang jauh berlipat ganda, bila dibandingkan investasi ”konservatif”, seperti menyimpan uang di tabungan atau di deposito. Sudah menjadi rahasia umum, investasi dengan bermain saham amat sangat berpotensi memberikan keuntungan yang sangat besar bagi investornya. Namun di sisi lain, mereka yang biasa bermain di pasar saham, pasti juga tahu, bahwa investasi di saham ini juga bisa beresiko tinggi. Investor bisa mengalami kerugian yang besar, bahkan bisa bangkrut, bila tak pandai memainkan strategi investasinya di pasar saham.

Itu tadi, bila kita bicara investasi di pasar saham biasa atau di saham konvensional. Nah, dengan sejak beberapa tahun tahun terakhir ini, sudah ada instrumen saham berbasis syariah, apakah karakeristik investasi saham biasa di atas, yang high gain-high risk itu juga akan terjadi di saham syariah?

Menurut praktisi perencana keuangan – Mike Rini Sutikno, karakteristik berinvestasi di saham syariah, pada prinsipnya tak jauh beda dengan investasi di saham biasa. Jadi meski investor sudah memilih bermain di saham syariah,  namun blla perilaku investasinya masih menyimpang, misalnya, sering melakukan spekulasi atau transaksi ilegal lainnya,  maka resikonya akan sama saja dengan di saham konvensional, yaitu investor bisa saja bangkrut, atau mengalami kerugian yang besar, demikian tandas Mike pada Sharing.

”Saham syariah dengan saham biasa, perbedaannya terletak pada emitennya. Untuk saham yang masuk kategori syariah, maka emitennya adalah perusahaan yang dari sisi bisnisnya memenuhi persyaratan-persyaratan pasar modal syariah. Sementara untuk perilaku investasinya, apakah syariah atau tidak, itu bergantung pada investornya sendiri,” lanjut Mike.

Prosedurnya simpel

Memang, seperti diterangkan Head of Market Development, Bursa Efek Indonesia (BEI)-Irwan Abdalloh,  saham syariah adalah efek yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik yang  kegiatan usaha, serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

Kegiatan  usaha yang berdasarkan prinsip syariah itu diantaranya adalah bahwa perusahaan tersebut bukan usaha perjudian atau permainan yang tergolong judi. Lalu perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan perdagangan yang dilarang menurut syariah, seperti perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; dan perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu. Lalu tidak menjalankan kegiatan jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), tidak melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah), dan masih banyak lagi persyaratan lainnya.

Setelah jelas definisinya, lalu bagaimana caranya untuk berivestasi di saham syariah ini? Menurut Irwan, pada dasarnya, prosedur bagi investor yang ingin bermain di saham syariah ini, boleh dibilang tak berbeda dengan di pasar saham konvensional.

”Tata cara berinvestasi di saham syariah sama saja dengan di konvensional. Karena investor sama-sama harus berhubungan dengan perusahaan efek. Lalu cara membuka account-nya juga sama dengan yang di konvensional. Nilai account-nya juga sama,” jelas Irwan.

Lebih lanjut menurut Irwan, prosedur atau tata cara berinvestasi bagi investor yang ingin masuk ke saham syariah ini juga sangat mudah. “Pertama dia cukup datang ke perusahaan efek.  Lalu dia bilang tujuannya, yaitu mau buka account. Nanti oleh perusahaan,  investor itu disuruh isi form seperti biasa.  Setelah membuka account, investor lalu disuruh setor uang, Setelah itu, mereka mendapat rekening. Mendapat bukti bahwa dia sudah menjadi investor di perusahaan itu. Sudah, sangat simple kan? Setelah itu, investor sudah bisa melakukan transaksi,” papar Irwan bersemangat.

Butuh persiapan

Ditambahkan Irwan, tata cara investasinya memang mudah. Namun di dalam berperilaku investasinya sendiri di bursa saham syariah ini, menurut Irwan, maka investor harus mempunyai persiapan tersendiri.

“Investor harus make sure terlebih dahulu, bahwa  ketika kita mau berinvestasi di saham syariah ini, maka dia  sudah harus kenal dulu, apa itu saham? Setelah barangnya kenal (familiar), jadi nanti pas dia memulai investasi, maka dia tinggal pilih sahamnya saja. Jadi bukannya belum kenal, tapi sudah nyoba. Jadi edukasi dulu,” ujar Irwan mewanti-wanti.

Selain itu, pengetahuan lainnya yang dibutuhkan, menurut Irwan adalah investor harus bisa atau mengerti bagaimana cara membaca indeks saham. Karena dalam melihat kinerja saham itu, kata kuncinya ada pada indeks.

Ditambahkan oleh pakar pasar modal syariah, Gunawan Yasni, bahwa karena ini adalah investasi di saham syariah, maka persiapan utama yang perlu dilakukan investor adalah mengetahui saham-saham yang masuk Daftar Efek Syariah (DES), yang dipublikasikan Bapepam LK setiap enam bulanan, yaitu setiap tanggal 31 Mei dan 30 November.

Selain persiapan pengetahuan yang cukup di atas, yang tak kalah penting, menurut Irwan adalah investor juga harus menyiapkan diri dari sisi mental. 

”Harus siap mental terlebih dahulu! Di saham ini banyak rumors  atau banyak informasi. Maka kalau  dia nggak kuat mental, dia bisa gampang terpengaruh. Nah, ketika gampang terpengaruh, dan investor melakukan jual beli tanpa pertimbangan, maka masuklah dia ke spekulasi. Sehingga, dengan spekulasi bisa masuklah ke kategorinya judi, nantinya. Jadi kita harus tahan mental dulu,” lanjut Irwan.

Berikutnya, lanjut Irwan, adalah kesiapan dana investasinya. Karena menurutnya,  saat masuk ke investasi saham ini, yang paling penting adalah investor jangan masuk dengan uang yang bukan diniatkan untuk investasi. ”Untuk masuk ke saham ini, dananya memang harus diniatkan (untuk investasi). Jangan sampai menganggu cash flow yang lain.  Karena kalau nggak niat, malah bisa menjerumuskan,” katanya.

Lebih lanjut Irwan, modal awal yang dibutuhkan untuk investasi di saham syariah ini tidaklah terlalu besar. Menurutnya banyak saham syariah yang mempunyai nilai minimal Rp. 5 juta, atau Rp. 10 juta saja. “Nah, tips apabila uang kita sedikit, pingin main di saham, maka, investor bisa membikin kelompok. Misalnya, berempat atau berlima, lalu masing-masing iuran Rp. 5 juta, sehingga didapatkan angka Rp. 20 juta, baru melakukan investasi. Bisa begitu.  Jadi bisa Sharing resiko lah.  Itu yang sedang tren di kalangan mahasiswa sekarang,” jelas Irwan, sambil menambahkan, bahwa  dengan berkelompok ini, maka bisa menjadi solusi bagi investor yang ingin masuk, tapi hanya dengan uang sedikit. Karena memang ada beberapa perusahaan efek yang persyaratan minimal uangnya bisa sampai di atas Rp. 20 juta.

Investor harus jeli dalam memilih saham

Setelah investor matang menyiapkan dirinya di atas, maka langkah selanjutnya bagi investor adalah memilih saham syariah pilihannya.

Irwan lalu menegaskan, yang perlu diperhatikan dalam memilih saham-saham syariah adalah, kita harus memastikan, apakah perusahaan efeknya adalah benar-benar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sementara itu Gunawan Yasni mengatakan, “Setelah persiapan, lihat saham-saham mana yang masuk Jakarta Islamic Index sebagai saham-saham DES yang paling liquid dan kapitalisasi pasar cukup besar. Kemudian lihat fundamental perusahaan saham-saham yang akan kita pilih. Pilihlah saham syariah yang paling liquid dan besar kapitalisasi pasarnya.”

Gunawan lalu memberikan tips utamanya dalam memilih saham, yaitu “”buy low sell high” dengan rajin melihat info fundamental dan tren teknikal harganya.”

Mike Rini menambahkan, dalam memilih saham syariah ini, tentu saja investor harus benar-benar mempelajari perusahaan efek yang diminatinya. “Investor harus secara jeli melihat factor-faktor yang secara sistematik dan unsistematik berpengaruh terhadap emitennya,” kata Mike.

Untuk faktor yang sistematik, tentu saja investor harus memperhatikan situasi ekonomi, politik, lalu bagaimana nilai tukar rupiah terhadap dollar. Lalu untuk yang faktor unsistematik, di sini investor harus jeli mempelajari bagaimana pengelolaan perusahaan emiten, bagaimana kinerjanya, prospeknya ke depan dan hal-hal lainnya. Karena itu semua akan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan tersebut, baik di masa sekarang, maupun di masa mendatang.

Mike sendiri memberikan saran tersendiri dalam memilih saham-saham yang punya prospek bagus yang bisa menjadi pilihan investor saat ini. ”Saham-saham dari industri otomotif, telekomunikasi, banking, energi/pertambangan, ritel, dan food industry, layak untuk dicoba saat ini,” kata Mike dengan yakin.

Jangan serakah

Setelah investor mulai masuk ke pasar saham syariah ini, yang perlu diperhatikan, menurut Irwan adalah, investor jangan rakus atau serakah di dalam memainkan strategi investasinya.

”Kalau misalnya investor  sudah patok, misalnya, dia mau untung 10%, ya saatnya sudah naik, maka investor lepas saja. Namun kadang-kadang yang terjadi, saat investor mau melepas, namun begitu dia dengar rumor sebentar lagi akan naik harganya, lalu dia tahan-tahan. Karena kalau investor rakus, itu bisa membahayakan dirinya, karena dia bisa rugi sama sekali,” papar Irwan.

Intinya, menurut Irwan, investor  harus bisa konsiten. Jadi, misalnya sejak awal, ia memutuskan hendak mengambil margin-nya 10 persen, maka dia harus konsisten dengan angka tersebut. Kalau pun ternyata nanti harganya naik lagi, maka ia bisa membelinya lagi.

”Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah jangan membeli saham, meskipun, dia saham syariah, tapi dia masuk dalam daftar short sale, atau daftar margin,” tambah Irwan mewanti-wanti.

Sementara untuk hal-hal yang harus dihindari saat berbisnis saham syariah ini dari Gunawan, adalah investor jangan pernah menjual saham yang belum pernah dimiliki. Karena ini sangat beresiko dan yang jelas melanggar aturan syariah.

Jangan ragu berinvestasi saham syariah

Mike Rini mengakui, sebagai instrumen investasi, memang saham syariah saat ini belum begitu banyak peminatnya. Investor memang masih lebih menyukai investasi syariah lainnya yang  lebih populer atau familiar seperti deposito, sukuk ritel, unit link syariah dan lainnya.

Irwan sendiri juga mengakui, belum mengetahui secara persis berapa pemain di bursa saham syariah ini. ”Karena memang belum ada penelitian dari BEI sendiri terhadap mereka yang secara khusus menjadi investor di saham syariah,” jelas Irwan.

Hanya saja Irwan menghimbau, agar investor jangan takut atau ragu untuk masuk di saham syariah ini. Karena katanya, ”Sepanjang kita mempelajari tata caranya dengan benar, lalu kita punya uang lebih, it’s oke masuk di saham syariah!”

Hal itu diperkuat Gunawan. Karena bagi mereka yang tertarik dengan investasi syariah, maka saham syariah ini adalah layak menjadi pilihan. Apalagi untuk masalah kehalalan atau kesuaian syariahnya sudah terjamin. ”Tidak usah diragukan lagi, karena dipantau Bapepam dan DSN MUI,” kata Gunawan.

Mike juga memberikan masukan, bahwa berinvestasi di saham syariah ini relatif lebih aman ketimbang berinvestasi di saham non kategori syariah. ”Karena saham-saham yang masuk kategori syariah, dengan emitennya memenuhi standar syariah, maka dia relatif lebih aman. Sementara kalau perusahaan yang tidak masuk kategori syariah, masih lebih beresiko dari sisi bisnisnya. Ambil contoh dahulu, kasus perusahaan Enron, yang ambrug, sehingga membuat investornya harus merugi besar,” papar Mike.

Selain itu, dengan berinvestasi di saham syariah, menurut Mike, potensi keuntungannyanya juga  jauh lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi syariah lainnya. Karena menurut Mike, bila dilihat dari fakta saja selama sepuluh tahun terakhir, investasi di saham ini, bisa memberikan imbal keuntungan rata-rata sekitar 25% sampai 30%, bandingkan dengan tingkat keuntungan deposito atau sukuk ritel, misalnya, yang hanya memberikan bagi hasil masih di kisaran 10% sampai 12% saja per tahunnya.

Jadi, anda tak perlu ragu memilih investasi saham syariah! Anda tertarik?