Rizka Wakyu Romadhona telah berkali-kali merintis usaha dan bangkrut. Namun, ia selalu bangkit hingga akhirnya sukses mengelola Lapis Bogor Surabaya.

Mental juara, sebutan ini layak di torehkan kepada Rizka Wahyu Romadhona. Pasalnya, wanita lembut ini tidak pernah menyerah dalam merintis usahanya. Ia pernah membuka usaha es cendol, ayam dan keripik, tapi tidak bertahan lama alias bangkrut.
Rizka pun bangkit lagi dengan merintis usaha bakso di tahun 2008. Bisnis baksonya ini lumayan laris hingga memiliki 20 cabang dengan sistem kemitraan. Namun, omzet usahanya itu perlahan terus menurun hingga akhirnya bangkrut. Ironisnya, kebangkrutan ini menyisakan cicilan rumah selama empat bulan yang belum dibayar. Rizka pun harus merelakan untuk menjual mobil serta tiga motor operasionalnya ditarik leasing. “Semua usaha itu saya jalani dan sukses. Tapi karena tidak tertata dengan baik, ikut-ikutan dan tidak terkonsep, akhirnya bangkrut,” kata Rizka, dalam seminar UKM Goes to AFTA 2015 pada INDHEX di JIExpo Kemayoran, Kamis (24/10).
Lebih lanjut Rizka menuturkan, kebangkrutan memang mengakibatkan minusnya uang. Namun, pantang menyerah bukanlah wataknya, sehingga dalam keterpurukan harus tetap semangat dan berjuang. “Idenya sederhana, kalau dalam usaha meniru itu wajar, amati, tiru dan modidfikasi. Saya berpikir untuk membuat usaha lapis talas,” ujarnya.
Ide usaha lapis Bogor terinspirasi dari lapis Surabaya yang sangat ia sukai. Maklum saja, Rizka memang asli warga kota Buaya, namun sudah lama menetap di Bogor. Sehingga tak salah, jika ia ingin memberi nama usahanya Lapis Bogor Sangkuriang. Menurut Rizka, Bogor identik dengan talas, dan tidak salah kalau ada kue lapis Bogor mencirikan kekhasan makanan kota hujan. Terlebih selama ini belum ada yang menggolah talas menjadi kue lapis, hanya sebatas keripik dan gorengan saja. Dengan pengolahan yang baik, talas pun bisa dijadikan makanan yang modern.
Rizka mengakui, tidak terlalu pandai membuat kue.Keahlian ia hanya membuat kue lapis Bogor itu, setelah belajar dari sang ibu yang kerap membuat kue rumahan ini. Sekitar sebulan, isteri Anggoro Kasih Nugroho ini belajar, seminggu bisa sampai tiga kali terus mencoba-coba membuat kue modifikasi dari talas. Kreasi kue pertamanya bantan, ada juga yang terlalu manis.
Biasanya yang mencicip kuenya adalah kerabat dan tetangga. Dari mereka, Rizka menerima kerap menerima kritikan, hingga Rizka selalu memperbaiki adonan kuenya. Hingga akhirnya, mendapat pujian kalau kreasi lapis talas Rizka enak dan banyak yang memesan. Sejak itulah, Rizka dan suaminya berniat untuk serius mengeluti bisnis kue lapis talas Bogor.
Wanita alumni Teknik Elektro ITS Surabaya ini memulai bisnisnya pada tahun 2011 dengan modal awal hanya Rp 500 ribu, itupun uang sisa dari bisnis baksonya. Uang itu dipakainya untuk membeli bahan baku dan alat pengukus, sedangkan mixer dipinjam dari mertuanya. Tepung talasnya dibeli dari toko langganan di pasar. Rizka dan suaminya, memproduksi lapis talas ini berdua tanpa memperjakan orang lain.
Bukan hanya kepada tetangga, Rizka juga menawarkan kuenya ke teman-teman kampus, keluarga, kelompok pengajian, komunitas dan instansi pemerintah. Ketika masuk di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, lapis talas kreasi Rizka mendapat respon sangat baik, bahka ditawari menjadi mitra. Sejak itu, ia sering diajak pameran dan mendapat berbagai pelatihan.
Karena di dalam kemasan kue lapisnya tercantum slogan “Visit Bogor, Rizka juga mencoba masuk ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Responnya juga positif, lalu ia diperkenalkan ke Pariwisata Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota dan kabupaten Bogor. Ketika PHRI mengadakan acara, Rizka pun kerap memeriahkan.
Semula mantan project manager Siemens Indonesia ini, hanya menawarkan satu varian kue lapis, yakni lapis Bogor talas. Tapi kini sudah ada lapis Bogor keju, lapis Bogor Brownies, dan lapis Bogor green tea. Dalam proses produksinya pun, ia berusaha meminimalisir sentuhan tangan. Jadi hampir semua proses menggunakan mesin, termasuk mengolah krim lapisannya.
Lonjakan penjualan kue lapis Bogornya terus meningkat. Awalnya, perhari hanya dua bokz yang terjual, lalu perlahan mulai meningkat mencapai 50-100 boks perhari. Rizka mulai berani membuka outlet di Jalan baru, dan di Jalan Pajajaran dan Puncak pada 2012. Ia juga sudah memiliki pabrik di daerah Tanah Abang Bogor. Kini, kue yang terjual setiap harinya sudah mencapai di atas 2000 boks dengan harga Rp 25-30 ribu perboksnya.
Rizka juga tidak ingin mewaralabakan usahanya, meskipun banyak sekali yang menawarkan. Ia tetap ingin mengelola sendiri usahanya. Saat ini karyawannya sudah sekitar 100 orang. Bila dulu hanya ia dan suaminya yang mengelola, sekarang sang suami hanya mengurusi operasional, sementara ia mengurusi manajemennya.
Usaha yang digelutinya ini sudah membuahkan penghargaan, pada Wirausaha Muda Mandiri 2012 untuk regional Jabodetabek dan Wanita Wirausaha Mandiri 2013 dari sebuah majalah wanita. Selain itu, ia juga sering diminta pihak Istana Negara di Bogor dan Cipanas untuk mengisi berbagai acara. Saat mantan Ibu negara Ani Yudhoyono berulang tahun beberapa waktu lalu, kuenya sempat dijadikan sebagai souvenir. Para selebritis juga banyak yang membeli kuenya kreasi Rizka.
Mimpi Rizka lainnya adalah membuka outlet sekaligus menyatu dengan rumah makan. Konsepnya didalam ruang makan tersebut akan diisi dengan iringan alunan musik tradisional Sunda.
Rizka pun tak berhenti mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan ujian berbuah manis. Ia tidak pernah membayangkan usahai Lapis Bogor Sangkuriang akan sukses, namun yang jelas dari usahanya yang berjalan bagus ini, rumahnya tidak jadi disegel oleh pihak bank, walaupun sudah sempat dipasangi pengumuman “akan dijual.” Intinya jangan patah semangat terus berjuang dan berdoa, Allah akan memberikan yang terbaik,” pungkasnya.
Tips Menghadapi Pasar Bebas ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 tinggal di depan mata, Indonesia pun akan kebanjiran pedagang dari negara Asia Tenggara untuk memasarkan produknya. Hal ini menjadi keketiran semua pengusaha Indonesia karena persaingan pasar bebas tidak bisa dihalau lagi.
Rizka Wahyu Ramadhona, pengusaha sukses lapis talas Bogor dalam seminar bertajuk : UKM Goes to AFTA 2015, mengatakan

pasar bebas ASEAN tidak bisa dihadang lagi dan harus diterima dengan segala trik untuk menghadapi persaingan masukknya pedagang negara Asia Tenggara ke Indonesia. “AFTA tidak tidak bisa ditolak, kita harus siap menghadapinya,” katanya. Ia mengungkapkan, agar bisa bertahan dalam berbisnis, hal terpenting jangan apple to apple produknya. Buatnya diferensiasi dari produknya. Jangan membuat produk yang sama dengan yang ada di pasaran. Kalau hanya ikutan saja maka hanya akan menjadi follower, tidak bisa menjadi yang pertama.
Rizka mencontohkan, misalnya membuat bolu kukus, buatlah inovasi dari bahan baku atau kemasan berbeda agar bisa menjadi pioner dari produk yang dipasarkan. Selain itu, pertahankan eksistensi dengan mempertahankan kualitas. “ Dengan inovasi dan mempertahankan kualitas, Lapis Bogor Sangkuriang sudah memiliki lebih dari 20 merek,” kata Rizka.
Lebih lanjut Rizka menuturkan, masalah harga juga menjadi hal penting pada AFTA 2015, dikarenakan membanjirnya produk dari negara lain kemungkinan harganya lebih murah. Maka kita harus mensiasati dengan melakukan produksi yang efisiensi. Rizka mencontohkan, awal usaha membuat sop, misalnya pemakaian keju dalam satu box berapa? Itu harus dijaga, sehingga bisa bersaing dengan pengusaha yang sudah ada atau pengusaha negara lain pada pasar besar ASEAN. “Kalau itungan tidak pas bisa ilang Rp 11 juta. Jadi harus tingkatkan pelayanan juga bagaimana membranding produk kita harus matang, sehingga bisa bersaing dengan produk luar,” tegasnya.
Hal terpenting lagi menurut Rizka, dalam menghadapi AFTA adalah memberikan kenyamanan konsumen dengan produk yang dipasarkan yakni dengan menyertakan logo halal pada kemasan. Bahan-bahan produksinya juga harus benar-benar halal mengikuti aturan fatwa yang disarankan.”Sertifikasi halal sebuah produk dapat memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan konsumen akan makanan yang dikonsumsinya. Makanan itu kan harus halal dan toyib,” tandasnya.
Rizka juga menyakini bahwa sertifikasi halal dapat meningkatkan pemasaran, apalagi halal sudah menjadi gaya hidup mendunia tidak hanya bagi umat Muslim, tapi juga non-Muslim. Ia mengungkapkan sertifikasi halal menjadi modal untuk menghalau persaingan pada AFTA 2015.

