Zakat adalah satu perkara yang belum sepenuhnya tegak pada masa sekarang.
General Manager Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) Dwi Iqbal Noviawan mengatakan, dua terakhir diantara 5 rukun Islam, wilayahnya itu mengikutsertakan bukan hanya umat Muslim, tapi juga non Muslim yaitu tentang puasa dan haji.
Jadi, jelas Iqbal, ketika bulan ramadhan bukan cuma umat Islam yang mendapatkan keberkahan. Begitu juga dengan persoalan haji, bukan hanya umat Islam yang ikut bergembira menyambut dan merespon, tapi juga hampir seluruh dunia yakni industri-industri yang tidak seluruhnya dimiliki umat Islam juga ikut mendapatkan keberkahan.
“Tapi rukun Islam ke 3 yaitu zakat. Ini kelihatannya satu perkara yang belum sepenuhnya tegak pada masa sekarang,” kata Iqbal pada Pelatihan Amil LAB BUMN, di Graha Insan Cita, Depok, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Uniknya, lanjut Iqbal, diantara 5 rukun Islam ini seluruhnya sangat detail diatur. Syahadat itu tidak mungkin ditambah-tambah, ketika ditambah akan berarti lain. Shalat juga sangat jelas yakni shalatnya sebagaimana Rasul lakukan. Puasa juga sangat jelas, kapan dimulai dan berakhirnya. Begitu juga dengan haji, gimana mulainya, dan bagaimana tata caranya semuanya jelas.
“Tapi untuk zakat ini ruang ijtihad-nya terbuka luar biasa. Banyak orang berpendapat bahwa ada satu asnaf yang mungkin sudah tidak ada yaitu budak,” kata Iqbal.
Namun lanjut dia, di World Zakat Forum (WZF) 2017 yang diselengarakan di Hotel Sari Pan Pacific pekan lalu, yang dimaksud dengan budak itu malah berkembang luas. Kalau dunia sekarang di dalam berdiskusi tentang apakah para pengungsi dari Suriah ke Eropa. Apakah orang-orang korban perdagangan manusia, apakah mereka yang hidup dilembah prostitusi.
Mereka yang hidup tapi tidak punya kemerdekaan, bisa dianggap mendekati esendi budak dan seterusnya. Ini memang perkara yang ditengah kita belum tegak, tapi ruang ijtihadnya luar biasa.
Oleh karena itu, kata Iqbal, para amil zakat punya andil untuk memberikan sumbangsih. ”Ayat Al Quran-nya sangat jelas, bekerjalah dan Allah SWT bersama Rasul dan orang mukmin yang menyaksikan. Salah satu yang disaksikannya adalah usaha kita untuk melakukan standarisasi kompetensi amil zakat dengan peningkatan ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Lewat pelatihan Amil LAB BUMN ini, kata Iqbal, diharapkan para amil zakat bukan hanya mewakafkan dirinya tapi memantaskan dirinya untuk mengelola amanah. Mudah-mudahan ini adalah gambaran semangat meskipun memang kita di tengah masa transisi. Karena dari 340-an lembaga amil zakat yang terdaftar, mungkin hanya sekitar 25 yang telah menyesuaikan dengan UU.
“Seingat saya, dari 25 lembaga amil zakat itu, 7 di kabupaten kota, 5 di provinsi, dan selebihnya ada di nasional,” ujar Iqbal.
[bctt tweet=”Dari 340-an lembaga amil zakat terdaftar, hanya sekitar 25 yang sesuai UU” username=”my_sharing”]
Meskipun beberapa lembaga amil zakat secara status belum jelas, tapi dengan peningkatan kompetensi sudah dahulu dilakukan, Iqbal berharap bisa mendistribusikan zakat dengan pengelolaan yang rapi dan baik.

