Dengan meningkatkan sedekat dapat menurunkan kesenjangan, orang-orang miskin akan semakin berkurang,
Anggota Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Ahmad Satori Ismail mengatakan, kesenjangan sosial di Indonesia hingga saat ini masih tinggi melihat gini ratio yang diungkap oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per akhir September 2016, yaitu sebesar 0,397 poin. Jika ketimpangan pengeluaran ini terus meningkat maka dapat mengancam keamanan suatu bangsa.
Namun, Ahmad tetap meyakini kesenjangan ekonomi tersebut dapat dikurangi. Asalkan, menurutnya, sedekah umat harus terus meningkat secara tajam. “Kalau sedekahnya meningkat secara tajam, maka pasti akan bisa untuk mengentaskan kemiskinan, asal sedekahnya semakin meningkat tajam, sehingga mengurangi kelompok miskin,” ujar Ahmad saat menjadi pembicara pada Kongres Ekonomi Umat di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (23/4) .
Menurut Ahmad, dengan meningkatnya sedekah dari orang kaya, maka akan menurunkan gini ratio (kesenjangan). Sehingga ekonomi umat akan lebih meningkat melalui sedekah tersebut. Ekonomi umat akan semakin bergairah, dan orang-orang miskin akan semakin berkurang.
Ahmad menghimbau, umat harus bisa meniru apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Termasuk, ketika membangun peradaban di bidang-bidang ekonomi. “Nabi (Muhammad) saja ekonom, masa umatnya tidak ahli di ekonomi,” tukasnya.
Bahkan, kata Ahmad, sembilan dari 10 sahabat yang dijaminkan Rasulullah untuk masuk surga, merupakan pebisnis besar. Itu membuktikan semakin menguatkan kalau bidang ekonomi bagi umat Islam memang sangat penting.
Ahmad menilai adanya Kongres Ekonomi Umat ini merupakan kongres-kongres umat Islam seperti biasanya. Tapi, khusus tahun ini kata dia, kongres lebih difokuskan untuk membahas ekonomi umat dalam upaya mengatasi kesenjangan.
“Sangat nyata sekali, umat Muslim Indonesia sebanyak 80 persen cuma memiliki aset kurang dari 20 persen. Jadi, ini memang perlu sekali pembahasan ekonomi umat lebih difokuskan sebagai upaya untuk mendorong kebangkitan ekonomi umat Muslim Indonesia,” ujar Ahmad.
Sementara, Ketua Badan Pengurus Lazis Muhammadiyah Pusat, Hilman Latif mengatakan, bahwa untuk mengurangi kesenjangan sosial pemerintah harus menyediakan akses terhadap ekonomi. “Ketersediaan akses terhadap ekonomi yang saat terbatas. Ini yang harus diperkuat dan diperbanyak,” kata Hilman saat menjadi pembicara pada Kongres Ekonomi Umat di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (23/4).
Lebih lanjut Hilman menuturkan, pemerintah perlu bahu membahu dengan elemen masyarakat dan lembaga keuangan untuk memberikan akivitas ekonomi yang mandiri kepada umat, meskipun dalam skala mikro.
[bctt tweet=”Umat Muslim Indonesia, 80% hanya memiliki aset kurang dari 20%!” username=”my_sharing”]
Namun demikian, kata dia, tidak bisa kalau tidak dilakukan secara terintergrasi oleh pemerintah. “Masak pemerintah banyak duitnya, lah sing iso akses sopo? yang bisa akses siapa? Masyarakat tidak tahu. Bahkan lembaga masyarakat sipil juga banyak yang tidak tahu. Ini saya kira sosialisasinya harus semakin gencar,” pungkas Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

